KARAWANG -Perlombaan
panjat pinang sudah menjadi salah satu
hal yang biasa dilakukan pada saat merayakan 17 agustusan. Bahkan panjat pinang ini, masaih saja diminati
hingga saat ini. Seperti di Kecamatan Telagasari hampir seluruh desa menggelar kegiatan
panjat pinang dan perlombaan lainnya untuk memeriahkan HUT RI ke 71.
"Setiap thun kita selalu mengadakan perlombaan pajat pinang ini. Walau hadihanya hanya sederhana, tetapi kemeriahan selalu terjalin,"ungkap Derif (25), salah seorang panitya perlombaan panjat pinang di Desa Kalibuaya, kepada Karawang Publik, rabu (17/8).
Dalam perlombaan, terang dia, para peserta berusaha mengambil berbagai macam hadiah di pucuk batang pinang yang sudah disediakan oleh panitia. Kegiatan ini bertujuan untuk memeriahkan HUR RI ke 71, sekaligus menjalin silaturahmi dengan masyarakat lainnya.
"Seluruh peserta bebas diikuti oleh sluruh masyarakat
desa Kalibuaya. Adapun perbedaan panjat pinang di wilayah kecamatan Telagasari,
yaitu panjat pinangnya di atas air,"ungkapnya."Setiap thun kita selalu mengadakan perlombaan pajat pinang ini. Walau hadihanya hanya sederhana, tetapi kemeriahan selalu terjalin,"ungkap Derif (25), salah seorang panitya perlombaan panjat pinang di Desa Kalibuaya, kepada Karawang Publik, rabu (17/8).
Dalam perlombaan, terang dia, para peserta berusaha mengambil berbagai macam hadiah di pucuk batang pinang yang sudah disediakan oleh panitia. Kegiatan ini bertujuan untuk memeriahkan HUR RI ke 71, sekaligus menjalin silaturahmi dengan masyarakat lainnya.
Sementara itu dari pantauan Karawang Publik dilapangan, suasana di tempat perlombaan panjat pinang tersebut sangat ramai di kunjungi warga yang sekedar ingin melihat dan menjadikan panjat pinang tersebut sebagai hiburan.
Ditempat Berbeda Peteran Negara Repiblik Indonesia, Soekarno (88) mejelaskan, bahwa panjat pinang berasal dari zaman penjajahan Belanda dulu. "Lomba panjat pinang diadakan oleh orang Belanda jika sedang mengadakan acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain. Yang mengikuti lomba panjat pinang ini adalah orang-orang pribumi. Hadiah yang diperebutkan biasanya bahan makanan seperti keju, gula, serta pakaian seperti kemeja,"Ulas Warga Telagasari Soekarno, ketika ditemui dikediamannya.
Bisa dibayangkan kondisi pada masa penjajahan, ulas dia, sementara warga negara Indonesia bersusah payah dengan berlumuran keringat, para Penjajah Belanda dan keluarganya tertawa terbahak bahak melihat penderitaan Bangsa Indonesia.
"Yaa mungkin saat ini, ketika perayaan 17 Agustus, mereka (belanda,red) masih tertawa terbahak bahak, menyaksikan bahwa budaya yang mereka buat dengan tujuan melecehkan Bangsa Indonesia, ternyata justru di lestarikan," katanya.(zar)
No comments:
Post a Comment